“Lingkungan kerja sangat penting dalam menentukan seberapa menyenangkan bekerja”

Kumar Mangalam Birla

Budaya kerja menentukan bagaimana tim medis, keperawatan dan profesional lainnya benar-benar bekerjasama dalam mencapai tujuan organisasi. Di Rumah Sakit, komponen budaya kerja yang perlu diterapkan antara lain praktik perawatan, visi misi, kebijakan, prosedur kerja dan peraturan organisasi. Instansi harus meningkatkan budaya kerja positif dan memperhatikan budaya kerja negatif sebagai pembelajaran dalam pembenahan organisasi kedepannya.

Dalam membangun budaya kerja positif, dalam penelitian Bayot.et.al (2021) disebutkan bahwa perilaku pemimpin dapat membawa perubahan budaya positif dengan cara menjaga hubungan tim, pemimpin dapat mengidentifikasi masalah dan kebutuhan staf secara individu yang merupakan keterampilan sehingga menjembatani kesenjangan dalam pelaksanaan pekerjaan serta menyelaraskan pegawai sesuai dengan arahan organisasi dan irama kerja setiap anggota dan pemimpin harus mengajarkan hal tersebut kepada manajer layanan dibawahnya sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan kepuasan.

Tingkat manajemen harus memastikan bahwa mereka akan terus meningkatkan kemampuan, kepemimpinan dan keterampilan manajemen, mengembangkan rencana organisasi, mengatur staf dan memenuhi kebutuhan di tempat kerja, memantau pelaksanaan pekerjaan dan mengevaluasi dampak organisasi, memiliki pandangan yang akurat serta nilai kerja tim  dengan melibatkan partisipasi seluruh anggota staf sehingga membawa perubahan terhadap budaya kerja positif.

Stress yang berlebihan dan berkepanjangan memberikan dampak negatif terhadap kualitas pelayanan di Rumah Sakit. Selain bekerja secara shift, pemimpin penting untuk merumuskan strategi dalam intervensi yang akan membantu meminimalkan stress akibat pekerjaan, mengurangi efek domino akibat stress tersebut antara lain ketidakhadiran pegawai, perasaan tidak puas terhadap kepemimpinan, mengalami kesalahan dan kebingungan dan hubungan antar pegawai yang tidak harmonis.

Penilitian relevan lain menyebutkan bahwa tenaga kesehatan yang memiliki budaya kerja positif antara lain sukses dalam menyeimbangkan kemandirian, keterlibatan, loyalitas dan penerimaan. Selanjutnya budaya kerja dengan fokus pada pencapaian tujuan dan orientasi tugas, pegawai dapat menangani tantangan dan mengimplementasikan perubahan dengan cara yang baik (Andre,Beate & Sjovold, 2017)

Utami (2019) merekomendasikan peningkatan aspek kebersamaan budaya organisasi dalam penelitiannya karena faktor budaya organisasi merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai di fasilitas kesehatan.

Budaya kerja positif berhubungan dengan kualitas kinerja yang baik dan dapat mewujudkan kepuasan pasien terhadap layanan yang diberikan di Rumah Sakit sehingga dapat mempertahankan professionalisme. Dalam hal ini manajemen penting untuk mengambil keputusan dan merumuskan strategi perencanaan dan implementasi budaya berorganisasi karena pegawai bekerja dimulai dengan lingkungan kerja yang baik.

REFERENSI :

Andre,Beate & Sjovold, E. (2017). The Work Culture at a Hospital Unit That Successfully Implements Change – A Correlation Study. BMC Health Services Research, 17(486), 1–7. https://doi.org/10.1186/s12913-017-2436-4

Bayot.et.al. (2021). Work Culture. In Journal of Public Health Research. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542168/

Braithwaite, J. et. a. (2017). Association Between Organisational And Workplace Cultures, And Patient Outcomes: Systematic Review. BMJ Open, 7(11), 1–11. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2017-017708

Maassen, S. et. a. (2021). Defining a Positive Work Environment For Hospital Healthcare Professionals: a Delphi Study. PLOS ONE, 16(2), 1–14. https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0247530

Utami, P. (2019). Effect of Organizational Culture Intensity on Job Satisfaction. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 7(2), 116–122. https://doi.org/10.20473/jaki.v7i2.2019.116-122